Terhubung dengan kami

Tenaga Kesehatan

AI Dapat Meningkatkan Perawatan Kesehatan Mental Dan Menebus Kekurangan Personil

mm

Kecerdasan buatan dapat membantu meningkatkan perawatan kesehatan mental, menjadikannya lebih efektif, sekaligus mengatasi masalah personel yang siap berdampak pada bidang kesehatan mental selama dekade berikutnya. AI berpotensi memperoleh pola kompleks dari data, pola yang bahkan sulit dilihat oleh psikiater dan dokter terlatih. Lebih-lebih lagi, seperti dilansir Time, AI dapat membantu mengatasi kekurangan kritis pada pekerja perawatan kesehatan mental, memberikan dukungan kepada pasien di luar waktu yang mereka habiskan bersama dokter.

Dalam lima tahun ke depan, sistem kesehatan mental AS diperkirakan akan kekurangan sekitar 15600 psikiater, menurut sebuah studi yang diterbitkan oleh Dewan Nasional untuk Kesehatan Perilaku. Ini berarti waktu dan sumber daya yang dimiliki dokter dan tenaga kesehatan mental profesional lainnya akan sangat terbatas. Bahkan saat ini, dokter biasanya tidak menghabiskan banyak waktu dengan pasien mereka, terkadang hanya bertemu pasien sekali setiap beberapa bulan.

Kecerdasan Buatan baru-baru ini memberikan kontribusi besar dalam bidang medis, meningkatkan keakuratan diagnosis, menggunakan visi komputer untuk menemukan pola yang tidak jelas dalam gambar medis, dan merancang rencana perawatan yang lebih baik untuk pasien. Salah satu perbedaan antara layanan kesehatan mental dan layanan kesehatan fisik adalah bahwa layanan ini memerlukan tingkat persepsi dan kecerdasan emosional yang tinggi untuk mendiagnosis dan merawat pasien, namun AI masih dapat memberikan dampak yang menguntungkan di lapangan. Kekuatan pembelajaran mesin untuk menganalisis data dan mengekstrak pola, termasuk pola yang sangat membingungkan dan tidak kentara sehingga manusia sulit memperhatikan/menafsirkannya, dapat membantu profesional kesehatan mental dalam merawat dan mendukung pasiennya.

Teknik analisis data tingkat lanjut dapat meningkatkan diagnosis kondisi kesehatan mental tertentu seperti penyakit bipolar, dan semakin cepat diagnosis, semakin cepat pasien dapat diberikan pengobatan yang tepat. Selain itu, kecerdasan buatan dapat membantu dokter dengan cara lain, seperti membiarkan dokter berinteraksi dengan pasien mereka dari jarak jauh atau dengan mengumpulkan dan menganalisis data secara otomatis yang dapat digunakan untuk memperbarui rencana perawatan.

Saat ini, ada beberapa aplikasi yang memanfaatkan kecerdasan buatan untuk mendukung mereka yang memiliki kondisi kesehatan mental. Woebot, misalnya, adalah chatbot yang menggunakan prinsip-prinsip yang berasal dari terapi perilaku kognitif untuk membantu orang melacak suasana hati mereka dan mengelola pola pikir. Tahun-tahun mendatang dapat melihat aplikasi kecerdasan buatan yang jauh lebih canggih di bidang kesehatan mental. Sebagai. Dr Henry Nasrallah, seorang psikiater di University of Cincinnati Medical Center menjelaskan kepada Waktu, ada metode yang dapat digunakan untuk menyimpulkan kondisi kesehatan mental pasien, seperti kurangnya kepura-puraan bicara yang sering kali berkorelasi dengan depresi, atau penggunaan kata terputus-putus yang dikaitkan dengan skizofrenia.

Dokter sering menggunakan pola bicara seperti ini untuk mendiagnosis pasien, dan algoritme AI berpotensi menangkap pola yang sangat halus sehingga orang tidak akan menemukannya. Baru-baru ini Peter Foltz, seorang profesor riset di University of Colorado Boulder, dan rekan-rekannya membuat aplikasi yang membuat pasien menjalani berbagai latihan verbal, mengumpulkan data tentang nada dan afeksi mereka saat mereka menjawab pertanyaan tentang keadaan emosi mereka dan menceritakan kisahnya. Data ini kemudian dianalisis oleh sistem AI yang membandingkan klip dengan cuplikan suara dari populasi pasien yang lebih besar untuk menemukan potensi masalah kesehatan mental. Saat diuji pada populasi 225 orang di dua lokasi berbeda, aplikasi tersebut menunjukkan kinerja yang setidaknya sama baiknya dengan dokter dalam mendeteksi gejala gangguan atau tekanan kesehatan mental. Pengenalan pola serupa juga dapat dilakukan dengan bahasa tulis, menganalisis pilihan kata dan urutan penggunaan kata.

Ada beberapa hambatan penting untuk membuat alat diagnosis kesehatan mental berbasis AI. Salah satu masalah terbesar adalah bahwa dokter dan psikiater sendiri sering tidak setuju tentang kriteria apa yang diperlukan untuk membuat diagnosis, dengan penyakit seperti depresi berdasarkan berbagai skala dan kriteria. Masalah lain seperti keandalan data yang dilaporkan pasien yang dipertanyakan juga dapat menghambat upaya merancang alat AI diagnostik. Bahkan peneliti AI dan kesehatan mental sendiri menekankan bahwa alat mereka tidak dimaksudkan untuk menggantikan psikiater manusia dan mengakui keterbatasan mereka. Namun, saat pengumpulan data menjadi lebih baik dan model menjadi lebih canggih, keandalan AI diagnostik kesehatan mental dapat meningkat. Akhirnya, dengan mengotomatiskan banyak proses yang memakan waktu yang harus ditangani oleh dokter, AI dapat memungkinkan penyedia layanan kesehatan mental untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan pasien, sebuah tujuan yang berharga dengan sendirinya.

Blogger dan programmer dengan spesialisasi di Pembelajaran mesin dan Belajar mendalam topik. Daniel berharap dapat membantu orang lain menggunakan kekuatan AI untuk kebaikan sosial.