Kecerdasan Buatan
Munculnya AI dalam Penemuan Ilmiah: Bisakah AI Benar-benar Berpikir di Luar Kotak?

Kecerdasan Buatan (AI) berkembang pesat, dengan aplikasinya tersebar di berbagai industri seperti perawatan kesehatan, keuangan, pendidikan, dan hiburan. Salah satu bidang yang paling menarik untuk AI adalah penelitian ilmiah. Kemampuan AI untuk memproses data yang sangat besar, mengenali pola yang kompleks, dan membuat prediksi mempercepat laju penemuan ilmiah. Hal ini menimbulkan pertanyaan menarik: Bisakah AI berpikir di luar kotak dan menghasilkan ide-ide yang benar-benar baru seperti ilmuwan manusia? Untuk mengeksplorasi ini, kita harus memeriksa bagaimana AI saat ini digunakan dalam penemuan ilmiah dan apakah AI benar-benar dapat menghasilkan pemikiran asli.
Peran AI yang Semakin Besar dalam Penemuan Ilmiah
AI telah membuat kemajuan signifikan dalam berbagai bidang ilmiah, termasuk penemuan obat, genomik, ilmu material, penelitian iklim, dan astronomi. Dengan memproses kumpulan data besar yang tidak dapat ditangani manusia, AI telah berperan penting dalam mengidentifikasi kandidat obat potensial, memodelkan perubahan iklim, dan bahkan mengusulkan teori baru tentang alam semesta.
Misalnya, peneliti di MIT menggunakan AI untuk menemukan antibiotika dalam hitungan hari, menargetkan bakteri yang resistan terhadap obat-obatan yang ada. Dalam bidang biologi, DeepMind Lipatan Alfa memecahkan masalah pelipatan protein, memprediksi struktur protein 3D yang penting untuk pengembangan obat. Dalam ilmu material, model AI seperti GNOME meramalkan jutaan kristal baru yang dapat mendefinisikan ulang teknologi seperti baterai dan sel surya. AI juga membantu dalam fisika dengan menyarankan cara baru untuk memodelkan fenomena fisik dan dalam astronomi dengan menemukan exoplanet dan lensa gravitasi. Dalam ilmu iklim, AI telah meningkatkan prediksi iklim dan membantu memodelkan peristiwa cuaca ekstrem.
Bisakah AI Berpikir di Luar Kotak?
Sementara AI kontribusi penemuan ilmiah tidak dapat disangkal, pertanyaannya tetap: Bisakah kita benar-benar berpikir di luar kotak? Kemajuan ilmiah manusia sering kali diandalkan pada intuisi, kreativitas, dan keberanian untuk menantang paradigma yang ada. Terobosan ini biasanya datang dari ilmuwan bersedia untuk berpikir melampaui kebijaksanaan konvensional.
Namun, AI digerakkan oleh data. AI menganalisis pola dan memprediksi hasil berdasarkan informasi yang diberikan, tetapi tidak memiliki pemikiran imajinatif dan abstrak yang dilakukan manusia. Dalam hal ini, kreativitas AI berbeda dengan kreativitas manusia. AI beroperasi dalam batasan data dan algoritmanya, yang membatasi kemampuannya untuk melakukan pemikiran yang benar-benar kreatif dan out-of-the-box.
Meski demikian, situasinya lebih kompleksAI telah menunjukkan bahwa ia dapat menghasilkan hipotesis baru, menyarankan solusi inovatif, dan bahkan menantang pengetahuan yang sudah ada di beberapa area. Misalnya, model pembelajaran mesin telah digunakan untuk menciptakan senyawa kimia baru dan merancang material yang sebelumnya tidak dipertimbangkan oleh manusia. Dalam beberapa kasus, penemuan ini telah menghasilkan terobosan yang akan sulit dicapai oleh peneliti manusia sendiri.
Argumen yang Mendukung Kreativitas AI
Para pendukung berpendapat bahwa AI menunjukkan kreativitas dengan menghasilkan ide-ide yang tidak langsung terlihat oleh peneliti manusia. Misalnya, AlphaFold menggunakan arsitektur pembelajaran mendalam yang baru untuk memecahkan tantangan pelipatan protein, yang telah luput dari perhatian para ilmuwan selama beberapa dekade. Demikian pula, AI yang didukung Gemini 2.0 milik Google telah digunakan untuk membuat hipotesis dan proposal penelitian asli, yang memungkinkan para ilmuwan untuk menjembatani kesenjangan antara berbagai domain ilmiah. Sebuah studi dari University of Chicago menyarankan bahwa AI dapat menghasilkan hipotesis "alien" – ide inovatif yang mungkin tidak terpikirkan oleh manusia, memperluas batasan eksplorasi ilmiah. Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa AI memiliki potensi untuk berpikir di luar kotak dengan mengusulkan ide-ide baru.
Argumen Menentang Kreativitas AI
Para kritikus berpendapat bahwa AI pada dasarnya terbatas karena mengandalkan pengetahuan dan kumpulan data yang ada. Pekerjaannya lebih seperti mengisi kekosongan dalam data daripada mempertanyakan asumsi yang ada. Menurut para kritikus, kreativitas AI dibatasi oleh data yang digunakan untuk melatihnya, sehingga tidak dapat membuat penemuan yang benar-benar inovatif.
Thomas Wolf, seorang ahli AI terkemuka, menegaskan bahwa inovasi sejati – seperti gagasan Einstein – memerlukan pertanyaan yang sama sekali baru dan menantang kebijaksanaan konvensional. Large Language Models (LLMs) dan sistem AI lainnya, meskipun telah melalui pelatihan ekstensif, tidak menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan wawasan yang benar-benar baru. Dengan demikian, AI lebih dipandang sebagai alat yang efisien untuk belajar daripada pemikir sejati yang mampu menerobos paradigma ilmiah yang mapan.
Selain itu, AI tidak memiliki kualitas manusia seperti intuisi, emosi, dan kebetulan yang sering mendorong terobosan kreatif. AI bekerja dalam algoritma yang telah ditentukan sebelumnya, mengandalkan proses yang logis dan sistematis. Menurut PengusahaPendekatan algoritmik ini sangat berbeda dengan sifat kreativitas manusia yang tidak terduga dan spontan. Sebuah penelitian kertas dari ScienceDirect juga berpendapat bahwa kreativitas yang dihasilkan AI mungkin terlihat inovatif tetapi tidak memberikan kedalaman wawasan yang sama seperti yang diberikan oleh kreativitas manusia.
Sintesis dan Implikasi
Meskipun AI dapat berpikir di luar kotak dalam beberapa hal – terutama dalam hal mengidentifikasi pola dan mengusulkan solusi baru – AI berbeda dari kreativitas manusia karena AI bergantung pada analisis berbasis data daripada intuisi atau pengalaman hidup. Peran AI dalam penemuan ilmiah lebih dipahami sebagai pasangan bagi ilmuwan manusia, dan bukan pengganti.
Penelitian dari Imperial College Business School menunjukkan bahwa AI melengkapi metode ilmiah tradisional, membantu mengungkap prinsip-prinsip baru dan mengatasi penurunan produktivitas penelitian. Demikian pula, Kellogg peneliti telah menemukan bahwa AI dapat memiliki dampak positif di berbagai bidang ilmiah tetapi menekankan bahwa pelatihan dan kolaborasi interdisipliner sangat penting untuk memanfaatkan potensi AI sepenuhnya.
Kemajuan paling signifikan dalam sains kemungkinan besar berasal dari penggabungan kreativitas manusia dengan kemampuan analisis AI. Bersama-sama, keduanya dapat mempercepat terobosan dan menghasilkan penemuan di luar apa yang dapat kita bayangkan saat ini.
The Bottom Line
AI mengubah penelitian ilmiah dengan mempercepat penemuan dan memperkenalkan cara berpikir baru. Meskipun AI telah menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan hipotesis dan mengidentifikasi pola baru, AI belum sepenuhnya mampu berpikir di luar kotak seperti halnya manusia. Hingga tahun 2025, perkembangan yang sedang berlangsung menunjukkan bahwa pengaruhnya terhadap sains akan terus tumbuh. Namun, sangat penting untuk memastikan bahwa AI mendukung upaya manusia daripada menggantikannya, dengan perhatian cermat pada transparansi, validasi, dan integrasi etika. Dengan bekerja bersama kreativitas manusia, AI dapat meningkatkan kemajuan ilmiah dan membuka jalan baru untuk eksplorasi.