Terhubung dengan kami

Kecerdasan Buatan

Munculnya Robot Cerdas: Bagaimana LLM Mengubah AI yang Terwujud

mm

Selama bertahun-tahun, menciptakan robot yang dapat bergerak, berkomunikasi, dan beradaptasi seperti manusia telah menjadi tujuan utama dalam kecerdasan buatan. Meskipun kemajuan signifikan telah dicapai, mengembangkan robot yang mampu beradaptasi dengan lingkungan baru atau mempelajari keterampilan baru tetap menjadi tantangan yang rumit. Kemajuan terkini dalam model bahasa besar (LLM) kini mengubah hal ini. Sistem AI, yang dilatih pada data teks yang sangat banyak, membuat robot lebih cerdas, lebih fleksibel, dan lebih mampu bekerja bersama manusia dalam lingkungan dunia nyata.

Memahami AI yang Terwujud

AI yang diwujudkan merujuk pada sistem AI yang ada dalam bentuk fisik, seperti robot, yang dapat memahami dan berinteraksi dengan lingkungannya. Tidak seperti AI tradisional, yang beroperasi di ruang digital, AI yang diwujudkan memungkinkan mesin untuk terlibat dengan dunia fisik. Contohnya termasuk robot yang mengambil cangkir, drone yang menghindari rintangan, atau lengan robot yang merakit komponen di pabrik. Tindakan ini memerlukan sistem AI untuk menafsirkan masukan sensorik seperti penglihatan, suara, dan sentuhan, dan merespons dengan gerakan yang tepat secara real time.

Pentingnya AI yang diwujudkan terletak pada kemampuannya untuk menjembatani kesenjangan antara kecerdasan digital dan aplikasi dunia nyata. Dalam bidang manufaktur, AI dapat meningkatkan efisiensi produksi; dalam bidang perawatan kesehatan, AI dapat membantu dokter bedah atau mendukung pasien; dan di rumah, AI dapat melakukan tugas-tugas seperti membersihkan atau memasak. AI yang diwujudkan memungkinkan mesin untuk menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan lebih dari sekadar komputasi, sehingga tugas-tugas tersebut menjadi lebih nyata dan berdampak di berbagai industri.

Secara tradisional, sistem AI yang diwujudkan dibatasi oleh pemrograman yang kaku, di mana setiap tindakan perlu didefinisikan secara eksplisit. Sistem awal unggul dalam tugas-tugas tertentu tetapi gagal dalam tugas-tugas lainnya. Namun, AI yang diwujudkan modern berfokus pada kemampuan beradaptasi—yang memungkinkan sistem untuk belajar dari pengalaman dan bertindak secara mandiri. Pergeseran ini didorong oleh kemajuan dalam sensor, daya komputasi, dan algoritma. Integrasi LLM mulai mendefinisikan ulang apa yang dapat dicapai AI yang diwujudkan, membuat robot lebih mampu belajar dan beradaptasi.

Peran Model Bahasa Besar

LLM, seperti GPT, adalah sistem AI yang dilatih pada kumpulan data teks yang besar, yang memungkinkan mereka untuk memahami dan menghasilkan bahasa manusia. Awalnya, model-model ini digunakan untuk tugas-tugas seperti menulis dan menjawab pertanyaan, tetapi sekarang berkembang ke dalam sistem yang mampu melakukan komunikasi multimodal, pemikiran, perencanaan, dan pemecahan masalahEvolusi LLM ini memungkinkan para insinyur untuk mengembangkan AI yang diwujudkan lebih dari sekadar melakukan beberapa tugas berulang.

Keunggulan utama LLM adalah kemampuannya untuk meningkatkan interaksi bahasa alami dengan robot. Misalnya, saat Anda memberi tahu robot, "Tolong ambilkan saya segelas air," LLM memungkinkan robot memahami maksud di balik permintaan tersebut, mengidentifikasi objek yang terlibat, dan merencanakan langkah-langkah yang diperlukan. Kemampuan untuk memproses instruksi lisan atau tertulis ini membuat robot lebih mudah digunakan dan lebih mudah diajak berinteraksi, bahkan bagi mereka yang tidak memiliki keahlian teknis.

Selain komunikasi, LLM dapat membantu dalam pengambilan keputusan dan perencanaan. Misalnya, saat menavigasi ruangan yang penuh rintangan atau menumpuk kotak, LLM dapat menganalisis data dan menyarankan tindakan terbaik. Kemampuan untuk berpikir ke depan dan beradaptasi secara real-time ini penting bagi robot yang bekerja di lingkungan dinamis di mana tindakan yang telah diprogram sebelumnya tidak memadai.

LLM juga dapat membantu robot untuk belajar. Secara tradisional, mengajarkan robot tugas-tugas baru memerlukan pemrograman ekstensif atau coba-coba. Kini, LLM memungkinkan robot untuk belajar dari bahasa berbasis umpan balik atau pengalaman masa lalu yang tersimpan dalam teks. Misalnya, jika robot kesulitan membuka toples, manusia mungkin berkata, "Putar lebih keras lain kali," dan LLM membantu robot menyesuaikan pendekatannya. Umpan balik ini menyempurnakan keterampilan robot, meningkatkan kemampuannya tanpa pengawasan manusia yang konstan.

Perkembangan Terbaru

Kombinasi LLM dan AI yang diwujudkan bukan hanya sebuah konsep—ini sedang terjadi sekarang. Salah satu terobosan penting adalah menggunakan LLM untuk membantu robot menangani tugas-tugas yang rumit, tugas multi langkahMisalnya, membuat roti lapis melibatkan pencarian bahan, mengiris roti, mengoles mentega, dan banyak lagi. Studi terkini menunjukkan bahwa LLM dapat memecah tugas tersebut menjadi langkah-langkah yang lebih kecil dan menyesuaikan rencana berdasarkan umpan balik waktu nyata, seperti jika ada bahan yang hilang. Hal ini penting untuk aplikasi seperti bantuan rumah tangga atau proses industri yang mengutamakan fleksibilitas.

Perkembangan menarik lainnya adalah integrasi multimoda, di mana LLM menggabungkan bahasa dengan masukan sensorik lainnya, seperti penglihatan atau sentuhan. Misalnya, robot dapat melihat bola merah, mendengar perintah “ambil yang merah,” dan menggunakan LLM-nya untuk menghubungkan isyarat visual dengan instruksi. Proyek seperti PaLM-E milik Google dan Upaya OpenAI menunjukkan bagaimana robot dapat menggunakan data multimoda untuk mengidentifikasi objek, memahami hubungan spasial, dan melakukan tugas berdasarkan masukan terintegrasi.

Kemajuan ini mengarah pada aplikasi di dunia nyata. Perusahaan seperti Tesla menggabungkan LLM ke dalam mereka Robot humanoid Optimus, bertujuan untuk membantu di pabrik atau rumah. Demikian pula, robot bertenaga LLM sudah bekerja di rumah sakit dan laboratorium, mengikuti instruksi tertulis dan melakukan tugas-tugas seperti mengambil perlengkapan atau melakukan eksperimen.

Tantangan dan Pertimbangan

Meskipun berpotensi, LLM dalam AI yang diwujudkan memiliki tantangan tersendiri. Salah satu masalah penting adalah memastikan keakuratan saat menerjemahkan bahasa menjadi tindakan. Jika robot salah mengartikan perintah, hasilnya bisa bermasalah atau bahkan berbahaya. Para peneliti tengah berupaya mengintegrasikan LLM dengan sistem yang mengkhususkan diri dalam kontrol motorik untuk meningkatkan kinerja, tetapi ini masih menjadi tantangan yang berkelanjutan.

Tantangan lainnya adalah tuntutan komputasional LLM. Model-model ini memerlukan daya pemrosesan yang besar, yang dapat sulit dikelola secara real-time untuk robot dengan perangkat keras terbatas. Beberapa solusi melibatkan pemindahan komputasi ke cloud, tetapi ini menimbulkan masalah seperti latensi dan ketergantungan pada konektivitas internet. Tim lain berupaya mengembangkan LLM yang lebih efisien yang disesuaikan untuk robotika, meskipun penskalaan solusi ini masih merupakan tantangan teknis.

Seiring dengan semakin otonomnya AI yang diwujudkan, muncul pula masalah etika. Siapa yang bertanggung jawab jika robot melakukan kesalahan yang menyebabkan kerugian? Bagaimana kita memastikan keselamatan robot yang beroperasi di lingkungan yang sensitif, seperti rumah sakit? Selain itu, potensi tergusurnya pekerjaan akibat otomatisasi merupakan masalah sosial yang perlu ditangani melalui kebijakan dan pengawasan yang cermat.

The Bottom Line

Model bahasa yang besar menghidupkan kembali AI yang diwujudkan, mengubah robot menjadi mesin yang mampu memahami kita, bernalar melalui masalah, dan beradaptasi dengan situasi yang tidak terduga. Perkembangan ini—dari pemrosesan bahasa alami hingga penginderaan multimoda—membuat robot lebih serbaguna dan mudah diakses. Seiring dengan semakin banyaknya penerapan di dunia nyata, penggabungan LLM dan AI yang diwujudkan bergeser dari sekadar visi menjadi kenyataan. Namun, tantangan seperti akurasi, tuntutan komputasi, dan masalah etika tetap ada, dan mengatasinya akan menjadi kunci untuk membentuk masa depan teknologi ini.

Dr. Tehseen Zia adalah Associate Professor Tetap di COMSATS University Islamabad, memegang gelar PhD di bidang AI dari Vienna University of Technology, Austria. Mengkhususkan diri dalam Kecerdasan Buatan, Pembelajaran Mesin, Ilmu Data, dan Visi Komputer, ia telah memberikan kontribusi yang signifikan dengan publikasi di jurnal ilmiah terkemuka. Dr. Tehseen juga memimpin berbagai proyek industri sebagai Penyelidik Utama dan menjabat sebagai Konsultan AI.